Monday, September 28, 2015

Pengelolaan Kelas di Taman Kanak-kanak



PENDAHULUAN

Pengelolaan Kelas merupakan salah satu hal yang sangat berperan penting dalam proses belajar mengajar. Kelas yang sukses, terlihat dari pengelolaan guru yang apik mengaturnya.
Oleh karena itu, dalam tulisan ini penulis akan memaparkan tulisan dengan Grand Tema " Pengelolaan Pembelajaran di Taman Kanak-kanak", namun Point yang dijelaskan sesuai kesepakatan kelompok hanya "Manajemen Kelas, Pendekatan dan Kompetensi Guru Taman Kanak-kanak ", adapun mengenai Desain, Pelaksanaan serta metode yang digunakan akan dijelaskan oleh teman satu kelompok.
Namun, sebelum masuk ke Point Inti yaitu Manajemen Kelas di Taman Kanak-kanak, Pendekatan dan Kompetensi Guru Taman Kanak-kanak penulis akan memberikan gambaran umum mengenai definisi, signifikansi, tujuan, prinsip-prinsip dan komponen-komponen pengelolaan kelas.
















PEMBAHASAN
A.  Definisi Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Pengelolaan itu sendiri akar katanya adalah “kelola”, ditambah awalan “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari pengelolaan adalah “manajemen”. Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa Inggris, yaitu management yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan. [1]
Pengelolaan adalah proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan dan pencapaian tujuan. Pengelolaan dalam pengertian umum adalah pengadministrasian pengaturan atau penataan suatu kegiatan.
Adapun kelas adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat pengajaran dari guru” atau ruangan belajar dan atau rombongan belajar.[2]
Jadi, pengelolaan kelas merupakan usaha sadar untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis yang mengarah pada penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi atau kondisi proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai.
B. Signifikansi Pengelolan Kelas
Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan hal yang penting bagi suatu negara untuk menjadi negara maju, kuat, makmur dan sejahtera. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak bisa terpisah dengan masalah pendidikan bangsa. Menurut Mulyasa ”Setidaknya terdapat tiga syarat utama yang harus diperhatikan dalam pembangunan pendidikan agar dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yakni: (1) sarana gedung, (2) buku yang berkualitas, (3) guru dan tenaga kependidikan yang yang professional.
Guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Di dalam kelas guru malaksanakan dua kegiatan pokok yaitu kegiatan mengajar dan kegiatan mengelola kelas.
Kegiatan mengajar pada hakikatnya adalah proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa. Semua komponen pengajaran yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, metode, alat dan sumber, serta evaluasi diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelum pengajaran dilaksanakan.
Pengelolaan kelas tidak hanya berupa pengaturan kelas, fasilitas fisik dan rutinitas. Kegiatan pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan dan mempertahankan suasana dan kondisi kelas. Sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Misalnya memberi penguatan, mengembangkan hubungan guru dengan siswa dan membuat aturan kelompok yang produktif.
Di kelaslah segala aspek pendidikan pengajaran bertemu dan berproses. Guru dengan segala kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dan sifat-sifat individualnya. Kurikulum dengan segala komponennya, dan materi serta sumber pelajaran dengan segala pokok bahasanya bertemu dan berpadu dan berinteraksi di kelas. Bahkan hasil dari pendidikan dan pengajaran sangat ditentukan oleh apa yang terjadi di kelas. Oleh sebab itu sudah selayaknyalah kelas dikelola dengan baik, professional, dan harus terus-menerus.
Pengelolaan kelas diperlukan karena dari hari ke hari bahkan dari waktu ke waktu tingkah laku dan perbuatan siswa selalu berubah. Hari ini siswa dapat belajar dengan baik dan tenang, tetapi besok belum tentu. Kemarin terjadi persaingan yang sehat dalam kelompok, sebaliknya dimasa mendatang boleh jadi persaingan itu kurang sehat. Kelas selalu dinamis dalam bentuk perilaku, perbuatan, sikap, mental, dan emosional siswa.[3]
Ada beberapa hal yang menjadi tujuan pengelolaan kelas, yaitu sebagai berikut :
1. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
2. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi belajar mengajar.
3. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam kelas.
4. Membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya.[4]
Secara umum faktor yang mempengaruhi pengelolaan kelas dibagi menjadi dua golongan yaitu, faktor intern dan faktor ekstern siswa.
Faktor intern siswa berhubungan dengan masalah emosi, pikiran, dan perilaku. Kepribadian siswa dengan ciri-ciri khasnya masing-masing menyebabkan siswa berbeda dari siswa lainnya sacara individual. Perbedaan secara individual ini dilihat dari segi aspek yaitu perbedaan biologis, intelektual, dan psikologis.
Faktor ekstern siswa terkait dengan masalah suasana lingkungan belajar, penempatan siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa, dan sebagainya. Masalah jumlah siswa di kelas akan mewarnai dinamika kelas. Semakin banyak jumlah siswa di kelas, misalnya dua puluh orang ke atas akan cenderung lebih mudah terjadi konflik. Sebaliknya semakin sedikit jumlah siswa di kelas cenderung lebih kecil terjadi konflik.[5] 
Djamarah menyebutkan “Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas dapat dipergunakan.” Prinsip-prinsip pengelolaan kelas sebagai berikut :
a. Hangat dan Antusias
Hangat dan Antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru yang hangat dan akrab pada anak didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada aktifitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.
b. Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja, atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.


c. Bervariasi
Penggunaan alat atau media, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak didik akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian siswa. Kevariasian ini merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.
d. Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan siswa serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan siswa, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan sebagainya.
e. Penekanan pada hal-hal yang Positif
Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian pada hal-hal yang negative. Penekanan pada hal-hal yang positif yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku siswa yang positif daripada mengomeli tingkah laku yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar
f. Penanaman Disiplin Diri
Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan dislipin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengendalikan diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya ikut berdisiplin dalam segala hal.[6]
Komponen-komponen keterampilan pengelolaan kelas ini pada umumnya dibagi menjadi dua bagian, yaitu keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif) dan ketrampilan yang berhubungan dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal.
Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal terdiri dari keterampilan sikap tanggap, membagi perhatian, pemusatan perhatian kelompok. Ketrampilan suka tanggap ini dapat dilakukan dengan cara memandang secara seksama, gerakan mendekat, memberi pertanyaan, dan memberi reaksi terhadap gangguan dan ketakacuhan. Yang termasuk ke dalam keterampilan memberi perhatian adalah visual dan verbal. Tetapi memberi tanda, penghentian jawaban, pengarahan dan petunjuk yang jelas, penghentian penguatan, kelancaran dan percepatan, merupakan sub bagian dari keterampilan pemusatan perhatian kelompok.
Masalah modifikasi tingkah laku, pendekatan pemecahan masalah kelompok, dan menemukan serta memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah, adalah tiga buah strategi yang termasuk ke dalam ruang lingkup keterampilan yang berhubungan dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal.[7]
F. Pengelolaan Pembelajaran di Taman Kanak-kanak[8]
Ada tiga point inti dalam pembelajaran di Taman kanak-kanak, yaitu Pengaturan Ruangan/Kelas, Pengorganisasian anak didik, Pengaturan alat dan sumber belajar, penjelasannya sebagai berikut :


1.    Pengaturan Ruangan/Kelas
Ruangan/kelas diatur sedemikian rupa, sehingga kegiatan pembelajaran dapat terlaksana seefisien mungkin. Dalam pengaturan ruangan/kelas ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
a.    Susunan meja-kursi anak bersifat fleksibel dan dapat berubah-ubah.
b.    Pada waktu mengikuti kegiatan, anak tidak selalu duduk di kursi, tetapi dapat juga duduk di tikar/karpet.
c.    Penyediaan alat bermain/sumber belajar harus disesuaikan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan.
d.    Pengelompokkan meja disesuaikan dengan kebutuhan sehingga cukup ruang gerak bagi anak didik.
Catatan Penting :
a.    Dinding dapat digunakan untuk menempelkan hasil pekerjaan anak.  Pekerjaan anak ditempel di dinding dan dilaksanakan secara bergantian sehingga tidak membosankan dan tidak mengganggu perhatian anak.
b.    Peletakan dan penyimpanan alat bermain/sumber belajar diatur sedemikian rupa sesuai dengan fungsinya, sehingga memudahkan anak untuk menggunakan dan mengembalikan pada tempatnya setelah selesai digunakan.
c.    Penataan ruang kelas, penataan perabotan, asesoris di dinding dan berbagai bahan pajangan hendaknya diubah-ubah secara periodik agar selalu tercipta suasana kelas yang baru dan tidak membosankan.
2.    Pengorganisasian Anak Didik
Kegiatan pembelajaran yang direncanakan oleh guru sehari-hari dapat dilaksanakan dalam bentuk:
a.    Kegiatan Klasikal
Kegiatan klasikal artinya kegiatan yang dilakukan oleh seluruh anak dalam satu kelas, dalam satu satuan waktu dengan kegiatan yang sama. Pengorganisasian anak pada saat kegiatan awal dan akhir pada umumnya dilaksanakan dengan kegiatan klasikal.
Contoh: Dalam kegiatan klasikal, teknik/metode yang dapat digunakan misalnya menyanyi, bercakap-cakap, berceritera, berdoa bersama dan lain-lain.[9]
b.    Kegiatan kelompok
Kegiatan kelompok artinya dalam satu satuan waktu tertentu terdapat beberapa kelompok anak melakukan kegiatan yang berbeda-beda.  Hal yang perlu diperhatikan pada kegiatan kelompok hendaknya dipilih kegiatan yang diperkirakan anak dapat menyelesaikan kegiatan dalam waktu yang hampir bersamaan. Pada umumnya kegiatan kelompok digunakan untuk pengorganisasian anak pada saat kegiatan inti.
Contoh: Dalam kegiatan kelompok terdapat beberapa kegiatan, di mana satu kelompok yang terdiri dari beberapa anak mengerjakan kegiatan yang sama.  Sebelum anak dibagi dalam kelompok, guru hendaknya menjelaskan tentang hal-hal yang berkaitan dengan tugas masing-masing kelompok yang telah direncanakan.
c.    Kegiatan individual
Kegiatan individual artinya setiap anak dimungkinkan memilih dan menyelesaikan kegiatan sesuai dengan minat dan kemampuan masing-masing.
Contoh: Pada kegiatan pembelajaran berdasarkan minat, anak melakukan kegiatan individual dengan memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan keinginannya. 
3.    Pengaturan Alat/Sumber Belajar
Alat/sumber belajar di TK  dapat dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok, yakni: alat/sumber belajar di dalam ruangan/kelas dan alat/sumber belajar di luar ruangan/kelas.
a.    Alat/Sumber Belajar di Dalam Ruangan/Kelas
Alat/sumber belajar di dalam ruangan/kelas diatur sedemikian rupa sesuai dengan situasi, kondisi dan model pembelajaran yang diterapkan di TK.

1)    Pembelajaran Kelompok dengan Kegiatan Pengaman
Kegiatan pengaman digunakan pada model pembelajaran kelompok dengan kegiatan pengaman. Kegiatan pengaman adalah kegiatan yang dimaksudkan agar anak-anak yang telah menyelesaikan tugas terlebih dahulu dalam kelompok dan kegiatan pada kelompok lain tidak terdapat tempat duduk yang kosong sehingga anak tersebut tidak mengganggu teman lain. Alat-alat bermain/sumber belajar pada kegiatan pengaman antara lain misalnya balok-balok bangunan, mainan konstruksi, macam-macam kendaraan, kotak menara,  alat pertukangan, leg puzzle, permainan pola dan alat bermain/sumber belajar lainnya.
2)    Pembelajaran Kelompok dengan Sudut-sudut Kegiatan
Sudut kegiatan adalah sebuah latar untuk kegiatan pembelajaran pada bidang pengembangan kemampuan dasar tertentu. Sudut kegiatan tersebut, disamping tempat meletakkan alat dan sumber belajar juga berfungsi sebagai wahana untuk memotivasi dan mengembangkan kreatifitas anak.
Alat/sumber belajar yang diperlukan pada pembelajaran dengan sudut-sudut kegiatan berdasarkan minat diatur sedemikian rupa di dalam ruangan/kelas disusun menurut sifat dan tujuan kegiatan ini. Alat/sumber belajar yang disediakan dalam sudut-sudut ini beraneka ragam alat/sumber belajar yang dapat merangsang anak untuk melakukan kegiatan bermain dengan tangan. Sudut-sudut kegiatan dapat juga difungsikan sebagai tempat pembelajaran sesuai minat anak untuk merangsang kreativitas anak.
Sudut-sudut kegiatan yang dimaksud adalah:
-       Sudut keluarga
Alat-alat yang disediakan antara lain, seperti Meja-kursi tamu, meja-kursi makan, peralatan makan, tempat tidur dan kelengkapannya, lemari pakaian, lemari dapur, rak piring, peralatan masak (kompor, panci, dsb), setrika , cermin, bak cucian/ember, papan cucian,serbet, celemek, boneka, dan sebagainya.
-       Sudut alam sekitar dan pengetahuan
Alat-alat yang disediakan antara lain, aquarium beserta kelengkapannya, timbangan, biji-bijian dengan tempatnya, batu-batuan, gambar proses pertumbuhan  binatang, gambar proses pertumbuhan tanaman, magnet, kaca pembesar, benda-benda laut seperti kulit-kulit kerang, meja untuk tempat benda-benda yang menjadi obyek pengetahuan, alat-alat untuk menyelidiki alam sekitar dan sebagainya. Sudut alam sekitar dan pengetahuan ini hendaknya disesuaikan dengan lingkungan sekitar di Taman Kanak-kanak masing-masing.
-       Sudut pembangunan
Alat-alat yang disediakan antara lain, alat-alat untuk permainan konstruksi, seperti balok-balok bangunan, alat pertukangan, rak-rak tempat balok, macam-macam, kendaraan kecil, permainan lego, menara gelang, permainan pola, kotak menara dan sebagainya.
-       Sudut kebudayaan
Alat-alat yang disediakan antara lain, peralatan musik/perkusi, rak-rak buku/ perpustakaan, buku-buku bergambar (seri binatang, seri buah-buahan, seri bunga-bungaan), buku-buku pengetahuan, peralatan untuk kreativitas, alat-alat untuk pengenalan bentuk, warna, konsep bilangan, simbol-simbol, dan sebagainya. Sudut kebudayaan ini dapat dikembangkan berdasarkan budaya setempat dimana TK tersebut berada.
-       Sudut Ke-Tuhanan
Alat-alat yang disediakan antara lain, seperti maket-maket rumah ibadah (masjid, gereja, pura, vihara), peralatan ibadah, alat-alat lain yang sesuai untuk menjalankan ibadah agama, gambar yang memupuk rasa ketuhanan dan sebagainya.
3)    Pembelajaran berdasarkan Minat
Pembelajaran berdasarkan minat menggunakan 10 area, yaitu: area agama, balok, bahasa, drama, matematika, IPA, musik, seni/motorik halus, pasir dan air, membaca dan menulis. Alat/sumber belajar pada pembelajaran berdasarrkan minat antara lain  sebagai berikut:
-       Area Agama
Maket tempat ibadah (masjid, gereja, pura, vihara), gambar tata cara shalat, gambar tata cara berwudlu, sajadah, mukena, peci, kain sarung, kerudung, buku iqro’, kartu huruh hijaiyah, tasbih, juz ‘ama, alqur’an, kitab injil, dan sebagainya.

-       Area Balok
Balok-balok berbagai ukuran dan warna, loggo, lotto sejenis, lotto berpasangan, kepingan geometri dari triplek berbagai ukuran dan warna, kotak geometri, kendaraan tiruan (laut, udara dan darat), rambu-rambu lalu lintas, kubus berpola, tusuk gigi, kubus berbagai ukuran dan warna, korek api, lidi, tusuk es krim, bola berbagai ukuran dan warna, dus-dus bekas, dan sebagainya,
-       Area Berhitung/Matematika
Lambang bilangan, kepingan geometri, kartu angka, kulit kerang, puzzel, konsep bilangan, kubus permainan, pohon hitung, papan jamur, ukuran panjang pendek, ukuran tebal tpis, tutup botol, pensil, manik-manik, gambar buah-buahan, penggaris, meteran, buku tulis, puzzle busa (angka), kalender, gambar bilangan, papan pasak, jam, kartu gambar, kartu berpasangan, lembar kerja, dan sebagainya.
-       Area IPA
Macam-macam tiruan binatang, gambar-gambar perkembangbiakan binatang, gambar-gambar proses pertumbuhan tanaman, biji-bijian (jagung, kacang tanah, kacang hijau, beras), kerang, batu/kerikil, pasir, bunga karang,  magnet, mikroskop, kaca pembesar, pipet, tabung ukur, timbangan kue, timbangan sebenarnya, gelas ukuran, gelas pencampur warna, nuansa warna, meteran, penggaris, benda-benda kasar-halus ( batu, batu bata, amplas, besi, kayu, kapas, dll.), benda-benda pengenalan berbagai macam rasa (gula, kopi, asam, cuka, garam, sirup, cabe, dll.), berbagai macam bumbu (bawang merah, bawang putih, lada, ketumbar, kemiri, lengkuas, daun salam, jahe, kunyit, jinten, dll.).
-       Area Musik
Seruling, kastanyet, marakas, organ kecil, tamburin, kerincingan, tri anggle, gitar kecil, wood block, kulintang, angklung, biola, piano, harmonika, gendang, rebana, dan sebagainya.
-       Area Bahasa
Buku-buku cerita, gambar seri, kartu kategori kata, nama-nama hari, boneka tangan, panggung boneka, papan planel, kartu nama-nama hari, kartu nama-nama bulan, majalah anak, koran, macam-macam gambar sesuai tema, dan sebagainya.

-       Area Membaca dan Menulis
Buku tulis, pensil warna, pensil 2B, kartu huruf, kartu kata, kartu gambar, dan sebagainya.
-       Area Drama
Tempat tidur anak dan boneka, lemari kecil, meja-kursi kecil (meja tamu, boneka-boneka, tempat jemuran, tempat gosokan + setrikaan, baju-baju besar, handuk, bekas make-up + minyak wangi +sisir, kompor-komporan, penggorengan + dandang tiruan, piring + sendok + garpu, gelas + cangkir + teko, keranjang belanja, pisau mainan, ulekan (cobek), mangkok-mangkok, tas-tas, sepatu/sandal + rak sepatu, bermin, mixer, blender, sikat gigi + odol, telepon-teleponan, baju tentara dan polisi, baju dokter-dokteran, dan sebagainya.
-       Area Pasir/Air
Bak pasir/bak air, aquarium kecil, ember kecil, gayung, garpu garuk, botol-botol plastik, tabung air, cangkir plastik, literan air, corong, sekop kecil, saringan pasir, serokan, cetakan-cetakan pasir/cetakan agar cerbagai bentuk, penyiram tanaman, dan sebagainya.
-       Area Seni dan Motorik
Meja gambar, meja-kursi anak, krayon, pensil berwarna, pensil 2B, kapur tulis, arang, buku gambar, kertas lipat, kertas Koran, lem, gunting, kertas warna, kertas kado, kotak bekas, bahan sisa, dan sebagainya.
b.    Alat/Sumber Belajar di luar ruangan/kelas
Alat/sumber belajar di luar ruangan/kelas yang digunakan hendaknya memenuhi kebutuhan anak untuk memupuk perkembangan motorik, intelektual, sosial dan emosional. Guru hendaknya memberi kesempatan kepada anak untuk memperoleh berbagai pengalaman bermain dengan menggunakan berbagai macam alat/sumber belajar dan memberi bantuan serta bimbingan pada saat-saat diperlukan.
Penempatan alat/sumber belajar di luar kelas diatur sedemikian rupa dengan mempertimbangkan segi keamanan anak sehingga memberi kebebasan gerak kepada anak dalam bermain.
Jenis alat/sumber belajar di luar, antara lain: jungkitan, ayunan, papan peluncur, papan titian, bak pasir dengan perlengkapannya, bak air dengan periengkapannya, bola besar dan bola kecil, kereta dorong, alat-alat pertukangan, kebun/tanam-tanaman, kandang,dan binatang peliharaan, tangga majemuk, sepeda roda tiga,  ban bekas, taman lalu-lintas, jala panjatan, dan sebagainya.
G. Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas
Ada beberapa pendekatan yang dapat dipergunakan dalam pengelolaan kelas, yaitu sebagai berikut :
a.    Pendekatan Berdasarkan Perubahan Tingkah Laku (Behavior Modification Approach).
b.    Pendekatan Berdasarkan Suasana Emosi dan Hubungan Sosial (Socio Emotional Climate Approach).
c.    Pendekatan Berdasarkan Proses Kelompok (Group Process Approach).
d.   Pendekatan Electis (Alectic Approach).[10]
H. Kompetensi Guru Taman Kanak-kanak
Secara umum, ada tiga point penting kompetensi yang harus dimiliki guru dalam mengelola kelas, yang disingkat menjadi 3A, yaitu : Asuh, Asih dan Asah.
  1. Pola asuh, di kelas siswa benar-benar diasuh.
  2. Pola asih, berarti siswa perlu dikasihi karena posisinya belum memiliki ilmu untuk kehidupannya.
  3. Polas asah, berarti siswa sebagai orang yang perlu diberikan berbagai ilmu untuk menjadi bekalnya di masa yang akan datang.[11]
Adapun secara lebih lengkap, dijelaskan lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 Tahun 2005 yang mengatur Standar Nasional Pendidikan Bab VI mengenai Standar Pendidik dan Tenaga kependidikan, Bagian Kesatu tentang Pendidik, Pasal 28 Ayat 3, menyebutkan bahwa kompetensi yang harus dimiliki guru sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, serta pendidikan anak usia dini, termasuk di dalamnya guru TK meliputi :
1. Kompetensi Pedagogik
“Kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.”
2. Kompetensi Kepribadian
“Kepribadian pendidik yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.”
3. Kompetensi Profesional
“Kemampuan pendidik dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memperoleh kompetensi yang ditetapkan.”
4. Kompetensi Sosial
“Kemampuan pendidik berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat.”[12]






DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendidikan Teoritis Psikologis, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2005.
Fathoni, Toto, Keterampilan Pengelolaan Kelas, Bandung : UPI, tth.
Kantor UPTD TK, SD, SMP, Pengelolaan Kelas, Jawa Timur : ttp, 2013.
Mariyana, Rita, Kompetensi Profesional Guru TK, tt : ttp, tth.
Moeslichatoen R, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, Jakarta : PT Rineka Cipta, 1999.
Nawawi, Hadari, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, Jakarta : CV Haji Masagung, 1989.
Permana, Johar, Pengelolaan Kelas dalam Rangka Proses Belajar Mengajar, Bandung : Iris, 2001.
Rofiq, Ainur, Pengelolaan Kelas, Malang : Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
Sa'diyah, Cholis  dan Sukayati, Pengelolaan Kelas dan Penerapannya, Yogyakarta : PPPPTK, 2011.
Santoso, Soegeng, Dasar-dasar Pendidikan di TK, Jakarta : Universitas Terbuka, hlm 2008.
Sujati, Manajemen Kelas yang Efektif dalam Pembelajaran, Yogyakarta : Majalah Dinamika Pendidikan, 2006.
Uno, Hamzah B. dan Masri Kuadrat, Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran, Jakarta : Bumi Aksara, 2010.
Young, Caroline, Menghibur dan Mendidik Anak, diter oleh Nadia L. Hasan tt, Erlangga, 2008.




                                                                                                   


[1] Ainur Rofiq, Pengelolaan Kelas, (Malang : Departemen Pendidikan Nasional, 2009), hlm 4. Lihat juga Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendidikan Teoritis Psikologis, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2005), hlm 145.
[2] Johar Permana, Pengelolaan Kelas dalam Rangka Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Iris, 2001), hlm 4-5. Lihat juga Sujati, Manajemen Kelas yang Efektif dalam Pembelajaran, (Yogyakarta : Majalah Dinamika Pendidikan, 2006), hlm 113-114.
[3] Kantor UPTD TK, SD, SMP, Pengelolaan Kelas, (Jawa Timur : ttp, 2013), hlm 4.
[4] Toto Fathoni, Keterampilan Pengelolaan Kelas, (Bandung : UPI, tth), hlm 4.
[5] Soegeng Santoso, Dasar-dasar Pendidikan di TK, (Jakarta : Universitas Terbuka, hlm 2008), hlm 12.
[6] Kantor UPTD TK, SD, SMP, Pengelolaan Kelas, 5-6.
[7] Kantor UPTD TK, SD, SMP, Pengelolaan Kelas, 8.
[8] Penjelasan lebih lengkap di Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, (Jakarta : CV Haji Masagung, 1989), cet ke-3, hlm 55-56.
[9] Moeslichatoen R, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1999). Lihat juga Caroline Young, Menghibur dan Mendidik Anak, diter oleh Nadia L. Hasan (tt, Erlangga, 2008), hlm muqaddimah.
[10]  Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, hlm 140-142.
[11] Hamzah B. Uno dan Masri Kuadrat, Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara, 2010), hlm 122.
[12] Rita Mariyana, Kompetensi Profesional Guru TK, (tt : ttp, tth), hlm 4.

No comments:

Post a Comment