A. Penadahuluan
Pengajaran merupakan salah satu aktivitas atau proses
mengajar-belajar. Didalamya terdapat dua objek yang berperan dalam
keterlangsungan mengajar dan belajar ini yaitu guru dan peserta didik. Tugas
dan tanggung jawab seorang guru adalah sebagai pengelola pengajaran serta lebih
efektif, dinamis, dan efisein dan positif, disamping itu akan mempermudah
seorang guru dalam menjalankan tanggung jawabnya sebagai pengajar.
Untuk itulah diperlukanya pengelolaan yang baik untuk tercapainya
hasil yang maksimal dalam pembelajaran, dari sini diadakan pendisainan atau
perencanaan yang tepat untuk menghasilkan tujuan yang diinginkan, semua itu
mencakup bagaimana dalam mendesain dan apa saja yang diperlukan dalam
pendisainan.
Dalam sebuah perencanaan seorang guru harus pandai-pandai mendesain
sesuai dengan keperluan atau kepentingan peserta didiknya, agar apa yang
direncanakan akan berjalan efektif. Dalam mendesain pembelajaran pula banyak
terdapat maanfaat yang bisa diperoleh baik itu seorang guru atau peserta
didiknya, sehingga keberlangsungan belajar mengajar dalam sebuah pembelajaran
menjadi lancar dan terarah.
B. Pengertian desain pembelajaran
Desain
merupakan sebuah istilah yang diambil dari bahasa Inggris dari kata design yang
berarti perencanaan atau sebuah rancangan ada pula yang mengartikanya
"persiapan".[1]
Adapun menurut bahasa desain berarti model atau perencanaan. Cunningham
mengemukakan bahwa perencanaan adalah menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan,
fakta-fakta, imajinasi-imajinasi, dan asumsi-asumsi untuk masa yang akan dating
dengan tujuan untuk mengevaluasi dan memformulasi hasil yang diinginkan, urutan
kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima
yang akan digunakan dalam penyelesaian.[2]
Adapun menurut William H.Newman bahwa perencanaan adalah menentukan
apa yang akan dilakukan. Perencanaan mengandung rangkian-rangkian putusan yang
luas dan penjelasan-penjelasan dari tujuan, penetuan kebijakan, penetuan
program, penentuan metode-metode dan prosedur tertentu dan penentuan kegiatan
berdasarkan jadwal sehari-hari. Lain lagi dengan pendapat Terry perencaaan
merupakan penetapan pekerjaan yang harus dilakukan atau dilaksanakan oleh
kelompok untuk mencapai tujuan yang digariskan. Banghart dan Trul juga
mengemukakan tentang perancanaan ini adalah awal dari semua proses yang
rasional dan mengandung sifat optimisme yang didasarkan atas kepercayaan bahwa
akan dapat mengatasi berbagai macam permasalahan.[3]
Yang pada hakikatnya semua definisi yang terkait
dengan desain atau perencanaan yaitu mencari dan mencapai tujuan.
Reigeluth mengemukakan bahwa rancangan
pembelajaran adalah kisi-kisi dari penerapan teori belajar dan pembelajaran
untuk memfasilitasi proses belajar seseoran. Selanjutnya rothwell dan kazanas
merumuskan bahwa perancangan pembelajaran terkait dengan penigkatan mutu
kinerja seseorang dan pengaruhnya bagi organisasi.[4]
Adapun penataan yang diupayakan adalah
sebagai berikut:
1. Apa yang perlu dipelajari siswa.
2. Prosedur-prosedur dan sarana-sarana apa yang akan paling menjamin
tercapainya tujuan-tujuan yang dikendaki.
3. Bagaiamana (sebagai pengajar) dapat diketahui bahwa tujuan pembelajaran
telah dicapai oleh siswa.
Berdasarkan pengertian di atas, maka
unsur-unsur rancangan pembelajaran adalah:
1) Analisis dalam menetapkan tujuan pembelajaran.
2) Analisis karakteristik pembelajar dan sumber belajar.
3) Penguatan dan seleksi topik-topik serta isi topik yang relevan untuk
dikemukakan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
4) Pengembangan dan pemberian pra tes, sejauh dianggap perlu untuk
memperoleh gambaran tentang latar belakang pengetahuan siswa dan taraf
pengetahuannya tentang topik-topik yang akan diajarkan.
5) Seleksi kegiatan pembelajaran dan seleksi sarana dan alat-alat peraga
yang paling efektif untuk pengutaraan materi/topik untuk mencapai tujuan kuliah.
6) Penghitungan dan kordinasi dana, fasilitas, tenaga, peralatan, waktu,
untuk pelaksanaan rancangan.
7) Evaluasi terhadap perubahan-perubahan dalam pola kelakuan mahasiswa
untuk mengetahui seberapa jauh tujuan kuliah tercapai.
8) Penggunaan hasil evaluasi sebagai umpan balik untuk memperbaiki dan
meningkatkan rancangan belajar/mengajar.[5]
C. JENIS-JENIS PERENCANAAN
Dalam meninjau
jenis-jenis perencanaan pendidikan dapat dikaji dari beberapa segi, yaitu :
a.
Menurut
besaran atau magnitude maka perencanaan dapat dibagi dalam :
1.
Perencanaan
Makro, yakni perencanaan yang mempunyai telaah nasional, yang menetapkan
kebijakan-kebijakan yang akan ditempuh, tujuan yang ingin dicapai, dan
cara-cara yang dipakai dalam mencapai tujuan tersebut. Perencanaan makro
berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut :
a)
Apakah
tujuan pendidikan nasional
b)
Pendekatan
apakah yang dipergunakan untuk mencapai tujuan tersebut
c)
Lembaga
pendidikan apakah yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut
d)
Bagaimana
seharusnya organisasi pendidikan diatur sehingga menunjang tercapainya tujuan
tersebut
e)
Program-program
apakah yang dapat dipakai untuk menunjang program-program tersebut
f)
Apakah
kriteria keberhasilan usaha pendidikan itu
2.
Perencanaan
meso, kebijakan yang ditetapkan dalam perencanaan makro, kemudian dijabarkan
lebih rinci ke dalam program-program dalam dimensi yang lebih kecil. Pada
tingkat ini perencanaan sudah lebih bersifat operasional, disesuaikan dengan
keadaan daerah, departemen atau unit unit antara lainnya. Pertanyaan-pertanyaan
yang perlu dijawab dalam tahap ini sama dengan pertanyaan pada tahap makro,
Cuma lebih rinci dan kebebasannya dibatasi oleh ketentuan-ketentuan yang ada
pada rencana tingkat makro.
3.
Perencanaan
mikro, diartikan sebagai perencanaan tingkat institusional, dan merupakan
jabaran lebih spesifik dari perencanaan tingkat meso. Dalam tahap ini
karakteristik lembaga diperhatikan, namun tidak boleh bertentangan dengan apa
yang ditetapkan oleh perencanaan makro maupun perencanaan meso.[6]
b.
Menurut
telaahnya, maka perencanaan dapat dibagi menjadi :
1.
Perencanaan
strategis, yakni perencanaan yang berkaitan dengan penetapan tujuan,
pengalokasian sumber-sumber dalam mencapai tujuan dan kebijakan yang dipakai
sebagai pedoman. Perencanaan strategis cendrung dipusatkan pada masalah-masalah
yang tidak begitu terstruktur, yang melibatkan banyak variabel, namun
parameternya tidak pasti. Perencanaan jenis ini seering juga disebut
perencanaan tingkat normatif, sebab keputusan yang dibuat tidak didasarkan para
perencana. Biasanya perencanaan strategis dilakukan oleh pimpinan puncak suatu
organisasi.
2.
Perencanaan
manajerial, yaitu perencanaan yang ditujukan untuk mengarahkan proses
pelaksanaan agar tujuan dapat dicapai secara efektif dan efisien. Perencanaan
ini sudah lebih rinci dan sudah menggunakan data-data statistik, meskipun dalam
beberapa hal masih menggunakan pertimbangan akal sehat.
3.
Perencanaan
operasional, memusatkan perhatian pada apa yang dikerjakan pada tingkat
pelaksanaan di lapangan dari rencana manajerial. Perencanaan ini bersifat
spesifik dan berfungsi memberi petunjuk konkret tentang pelaksanaan suatu
proyek atau program, baik tentang aturan, prosedur dan ketentuan-ketentuan lain
yang ditetapkan. Perencanaan operasional tidak banyak membutuhkan
pertimbangan-pertimbangan individual, sebab sebagian besar didasarkan pada data
kuantitatif yang dapat diukur.
c.
Ditinjau
dari jangka waktu, maka perencanaan dibedakan dalam :
1.
Perencanaan
jangka panjang yaitu yang mencakup kurun waktu 10-25 tahun. Mempunyai parameter
yang lebih kabur dan makin panjang jangka waktunya makin banyak variabelnya
yang tidak pasti.
2.
Perencanaan
jangka menegah yaitu rencana yang mencakup kurun waktu antara 4-10 tahun.
Merupakan penjabaran operasional dari rencana jangka panjang.
3.
Rencana
jangka pendek yaitu rencana yang mencakup kurun waktu antara 1-3 tahun dan
merupakan jabaran dari rencana jangka menengah dan jangka panjang.[7]
D.
Fungsi
Desain atau Perencanaan dalam Pembelajaran
Perlunya
desain pembelajaran merupakan upaya yang di lakukan untuk memperbaiki pembelajaran dengan dilakukan
berbagai asumsi sebagai berikut:
1. Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran perlu diawali dengan perancanaan
pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran.
2. Untuk merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan sistem.
3. Perancanaan desain pembelajaran diacukan pada bagaimana seseorang
belajar.
4. Untuk merancanakan suatu desain pembelajaran diacukan pada siswa secara
perorangan.
5. Pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada ketercapain tujuan
pembelajaran.
6. Sasaran akhir dari perancanaan desain pembelajaran adalah mudahnya siswa
untuk belajar
7. Perancanaan pembelajaran harus melibatkan semua variable pembelajaran.
8. Inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah penetapan metode
pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
E. Desain-desain Yang Diperlukan Dalam Pembelajaran
1. Perbaikan Kualitas Pembelajaran
Perbaikan kualitas pembelajaran
harus diawali dengan memperbaiki desain pembelajaran.
Dari sini merupakan titik awal untuk mengupayakan perbaikan kualitas pembelajaran,
adapun tahapan yang harus dilakukan
dalam perbaikan ini oleh guru atau pengajar adalah dengan mengadakan analisis
dari tujuan pembelajaran dan melaksaanakan evaluasi sumatif untuk mengukur
ketercapian tujuan pembelajaran.
2.
Pembelajaran
Dirancang dengan Pendekatan Sistem
Untuk mencapai kualitas pembelajaran,
yang dilakukan harus dengan desai sitem, dengan pendekatan ini akan memberikan
peluang besar dengan mengintegrasikan terhadap semua variabel yang mempengaruhi
belajar.
3.
Desain
Pembelajaran Mengacu pada Bagaimana Seseorang Belajar
Kualitas pembelajaran itu tergantung pada bagaimana pembelajaran
itu dirancang dan direncanakan, apakah pembelajaran itu bersifat intuitif atau
bersifat ilmiah. Jika bersifat intuitif maka pembelajaran tersebut banyak akan
diwarnai dengan kehendak perancangnya, akan tetapi ilmiah maka akan diwarnai
berbagai teori dari para ilmuwan pembelajaran.
Adapun pendekatan yang lain yaitu dengan cara mempadukan keduanya
yaitu intuitif dengan ilmiah, sehingga rancangan pembelajaran disesuaikan
dengan pengalam empiris yang pernah ditemukan saat melaksanakan pembelajaran
disertai dengan teori-teori yang relevan.[8]
4.
Desain
Pembelajaran Diacukan pada Siswa Perorangan
Seseorang belajar memilki potensi yang perlu dikembangkan. Tindakan
atau perilaku belajar dapat ditata atau dipengaruhi, tetapi tidak tindakan dan
perilaku belajar itu akan tetapi berjalan dengan karakteristik siswa itu. Siswa
yang lambat dalam berpikir, tidak mungkin dapat dipaksa segera bertindak secara
cepat. Sebaliknya siswa yang memilki kemampuan berpikir tinggi tidak mungkin
dipaksa bertindak dengan lambat. Dalam hal ini jika pembelajaran tidak diacukan
pada individu yang belajar seperti ini, maka besar kemungkinan bahwa siswa yang
lambat belajar akan makin tertinggal, dan yang cepat berpikir makin maju
pembelajarannya.
5.
Desain
Pembelajaran Harus diacukan pada Tujuan
Hasil belajar mencakup hasil langsung dan hasil tidak langsung
(pengiring). Perencanaan pembelajaran perlu memilah hasil hasil pembelajaran
yang langsung dapat diukur setelah selesai pelaksanaan pembelajaran, dan hasil
yang dapa terukur setelah melalui
keseluruhan proses pembelajaran, atau hasil penggiring.
6.
Desai
Pembelajaran diarahkan pada Kemudahan Belajar
Sebagaimana telah diterangkan diatas bahwa pembelajaran merupakan
upaya membelajarkan siswa dan perencanaan pembelajaran merupakan penataan upaya
tersebut agar muncul perilaku belajar. Dalam kondisis ditata dengan baik,
strategi yang dirancanakan akan memberikan peluang dicapainya hasil
pembelajaran.
7.
Desai
Pembelajaran Melibatkan Variabel Pembelajaran
Desain pembelajaran diupayakan menakup semua varibel pembelajaran
yang dirasa turut mempengaruhi belajaran. Ada tiga variabel pembelajaran yang
perlu dipetimbangkan dalam merancang pembelajaran. Ketiga variabel tersebut
adalah variabel kondisis, metode, dan variabel pembelajaran. Yang termasuk
variabel kondisi adalah tujuan pembelajaran, karakteristik bidang studi, karakteristik siswa, adapun variabel metode
adalah mencakup strategi pengirganisasian pembelajaran, strategi penyampian
pembelajaran, dan strategi pengelolaan pembelajaran, dan yang ketiga yaitu
variabel hasil pembelajaran mencakup semua akibat yang muncul dari penggunaan
metode pada kondisi tertentu.
8.
Desai
Pembelajaran Penetapan Metode untuk Mencapai Tujuan
Inti dari desian pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran
yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Fokus utama
pada perancanaan pembelajaran adalah pada pemilihan, penetapan, dan
pengembangan variabel metode pembelajaran.
Ada tiga prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam upaya menetapkan
metode pembelajaran. Ketiga prinsip itu adalah (1) tidak ada satu metode
pembelajaran yang unggul untuk semua tujuan dalam semua kondisi, (2) metode
(strategi) pembelajaran yang berbeda memiliki pengaruh yang berbeda dan
konsisten pada hasil pembelajaran, dan (3) kondisi pembelajaran bisa memiliki
pengaruh yang konsiten pada hasil pengajaran. [9]
F.
Manfaat
dan Tujuan Perancanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran memilki peran penting dalam seorang guru
untuk melaksanakan sebagai pendidik dalam melayani keperluan belajar siswanya.
Perencanaan juga dimaksudkan sebagai langkah awal sebelum proses pembelajaran
berlangsung.
Terdapat beberapa manfaat perencanaan pembelajaran dalam proses
belajar mengajar yaitu:
1.
Sebagai
petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan.
2.
Sebagai
pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat
dalam kegiatan.
3.
Sebagai
pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun unsur murid.
4.
Sebagai
alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui
ketetapan dan kelambatan kerja.
5.
Untuk
bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja.
6.
Untuk
menghamat waktu, tenaga, alat-alat dan biaya.[10]
Adapun tujuan yang ingin diraih dari perencanaan pembelajaran ini
diantaranya adalah:
1.
Waktu
mengajar dapat dialokasikan dan dimanfaatkan secara tepat.
2.
Pokok
bahasan dapat dibuat seimbang sehingga tidak ada materi pelajaran yang dibahas
terlalu menadalam atau terlalu sedikit.
3.
Guru
dapat menetapkan berapa banyak materi pelajaran yang dapat atau sebaiknya
disajikan dalam setiap jam pelajaran.
4.
Guru
dapat menetapkan urutan rangkian materi pelajaran secara tepat.
5.
Guru
dapat dengan mudah menetapkan dan mempersiapkan strategi belajar mengajar yang
paling cocok dan menarik.
6.
Guru
dapat dengan mudah mempersiapkan berbagai keperluan peralatan maupun bahan
dalam keperluan belajar.
7.
Guru
dapat dengan mudah mengukur keberhasilan siswa dalam belajar.
8.
Guru
dapat menjamin bahwa hasil belajarnya akan lebih baik daripada dengan hasil
belajar tanpa tujuan yang jelas.[11]
A. KOMPONEN-KOMPONEN DESAIN PENGAJARAN
Secara garis
besar komponen-komponen desain pengajaran itu ada dua, yaitu komponen pokok dan
komponen penunjang. Masin-masing komponen (pokok dan penunjang) meliputi
hal-hal di bawah ini.
1.
Komponen
Pokok
a.
Topik
atau pokok bahasan mungkin lebih rinci lagi berupa subtopik atau pokok bahasan.
b.
Entry
behavior/ situasi awal atau pengenalan
karakteristik/ kemampuan bawaan peserta didik (ada yang mengatakan termasuk
guru dan kondisi/ situasi sekolah) istilah lainnya adalah analisis situasi.
Komponen ini merupakan pijakan untuk menentukan kegiatan pengajaran/ belajar.
c.
Tujuan
pengajaran, baik tujuan umum pengajaran (TUP) yang diambil dari GBPP setiap
mata pelajaran. Maupun tujuan khusus pengajaran (TKP) yang dirumuskannya
sendiri oleh guru dalam rangka menjabarkan TUP.
d.
Perumusan
alat evaluasi/ penilaian yang menyangkut prosedur, pre test dan post
test, jenis evaluasi, tulis dan lisan dan bentuk evaluasi, objektif atau
essay, tes tindakan, sikap atau kemampuan kognitif.
e.
Penentuan
materi/isi pengajaran yang diharapkan untuk dikuasai peserta didik dan untuk
mencapai rumusan tujuan pengajaran yang telah ditentukan.
f.
Merancangkan
bentuk kegiatan pengajaran, apa yang harus diperbuat oleh peserta didik dan
kapan mereka harus terlibat aktif dalam pengajaran. Kemudian, apa pula yang
harus diperankan guru, kapan guru tidak harus terlibat aktif dalam kegiatan
pengajaran. Seyogyanya dalam kegiatan pengajaran guru tidak banyak mendominasi
kegiatan pengajaran, sehingga memungkinkan peserta didik untuk terlibat aktif
di dalamnya.
g.
Sumber
pengajaran/belajar (ada yang mengatakan bahan/ referensi, ini pengertiannya
lebih sempit). Sumber pengajaran/belajar (instruction/learning resources) adalah
segala apa yang ada di luar individu dan memungkinkan mempermudah serta mendukung terjadinya events atau
proses pengajaran belajar.
h.
Subjek
ajar, maksudnya adalah pelaku atau pelaksana kegiatan pengajaran itu sendiri,
yaitu guru dan peserta didik.
i.
Metode
pengajaran.
2.
Komponen
Penunjang
Yaitu komponen-komponen pengajaran yang keberadaanya dapat membantu
kelancaran, mempermudah pelaksanaan pengajaran seperti pengaturan jadwal/ waktu
pertemuan, tempat pengajaran, alat ataupun fasilitas-fasilitas pengajaran yang
akan menambah kelengkapan/kesempurnaan kegiatan pengajaran juga prosedur atau
pengaturan proses kegiatan yang baik dan sebagainya.[12]
B.
Penutup
Berbagai ilmuawan berbagai macam pula mendefinisikan arti desain atau perencanaan dalam pembelajaran,
dari semua difenisi itu melingkupi bahwa perencanaan ini adalah bertujuan untuk
sebuah pencapian yang direncanakan oleh guru unuk peserta didiknya, agar
efektif dan efisien yang membantu dalam mencapai hasil akhir dalam
pembelajaran.
Beberapa carapun dilakukan agar perencanaan ini berjalan mulus dan
lancar dengan melihat fungsi yang dimiliki perancanaan ini dan harus
memperhatikan desain atau perencanaan apa saja yang diperlukan dalam
pembelajaran, sehingga dalam pembelajaran bisa maksimal baik itu dari faktor
metodenya ataupun dari indivudualnya.
Dalam desain juga banyak manfaat yang didapat dalam pemakiannya,
disamping mempermudah guru baik dari segi waktu ataupun tenaga dalam
pembelajaran, dari sisi lain bahwa siswapun dapat terarah dalam tujuan
pencapian pembelajaran, jadi sangat pentingnya pendesainan atau perencanaan
dalam pembelajaran.
Daftar Pustaka
Majid, Abdul, Perencanaan
Pembelajaran, Bandung. PT Remaja Rosdakarya, 2007.
Rohani, Ahmad, Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran,
Jakarta. PT Rineka Cipta, 1991.
Uno, Hamzah
B, Perencanaan Pembelajaran,
Jakarta. Sinar Grafika Offset, 2006.
Uno, Hamzah B, Lamatenggo, Nina dan Koni, Satria, Desain Pembelajaran, Bandung. MQS Publishing, 2010.
Yasin, Fahri, M dan Tola, Baso, Strategi Belajar dan Pembelajaran,
Gorontalo. Sultan Amai Press, 2008.
[1]Ahmad Rohani,
Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991), h
62.
[2]Hamzah B. Uno, Nina Lamatenggo dan Satria Koni, Desain
Pembelajaran, (Bandung: MQS Publishing, 2010), h. 2.
[3]Abdul Majid, Perencanaan
Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), h 15-16.
[4]M. Fahri Yasin dan Baso Tola, Strategi Belajar dan
Pembelajaran, (Gorontalo: Sultan Amai Press, 2008), h. 10-11.
[5]M. Fahri Yasin, 11-12.
[6] Harjanto, Perencanaan
Pengajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 2005), cet ke-2, hlm 20-21.
[7] Harjanto, Perencanaan
Pengajaran, hlm 21-22.
[8]Hamzah B. Uno, Perencanaan
Pembelajaran, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2006), h 3-4.
[9]Hamzah B. Uno, Perencanaan
Pembelajaran,h 5-6.
[10]Abdul Majid, Perencanaan
Pembelajaran, h 22.
[12] Ahmad Rohani, Pengelolaan
Pembelajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 2004), Cet ke-2, hlm 91-92.
No comments:
Post a Comment