Monday, September 28, 2015

Desain Pembelajaran



A.      Penadahuluan
Pengajaran merupakan salah satu aktivitas atau proses mengajar-belajar. Didalamya terdapat dua objek yang berperan dalam keterlangsungan mengajar dan belajar ini yaitu guru dan peserta didik. Tugas dan tanggung jawab seorang guru adalah sebagai pengelola pengajaran serta lebih efektif, dinamis, dan efisein dan positif, disamping itu akan mempermudah seorang guru dalam menjalankan tanggung jawabnya sebagai pengajar.
Untuk itulah diperlukanya pengelolaan yang baik untuk tercapainya hasil yang maksimal dalam pembelajaran, dari sini diadakan pendisainan atau perencanaan yang tepat untuk menghasilkan tujuan yang diinginkan, semua itu mencakup bagaimana dalam mendesain dan apa saja yang diperlukan dalam pendisainan.
Dalam sebuah perencanaan seorang guru harus pandai-pandai mendesain sesuai dengan keperluan atau kepentingan peserta didiknya, agar apa yang direncanakan akan berjalan efektif. Dalam mendesain pembelajaran pula banyak terdapat maanfaat yang bisa diperoleh baik itu seorang guru atau peserta didiknya, sehingga keberlangsungan belajar mengajar dalam sebuah pembelajaran menjadi lancar dan terarah.

     










                     
B.       Pengertian desain pembelajaran
 Desain merupakan sebuah istilah yang diambil dari bahasa Inggris dari kata design yang berarti perencanaan atau sebuah rancangan ada pula yang mengartikanya "persiapan".[1] Adapun menurut bahasa desain berarti model atau perencanaan. Cunningham mengemukakan bahwa perencanaan adalah menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta-fakta, imajinasi-imajinasi, dan asumsi-asumsi untuk masa yang akan dating dengan tujuan untuk mengevaluasi dan memformulasi hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima yang akan digunakan dalam penyelesaian.[2]
Adapun menurut William H.Newman bahwa perencanaan adalah menentukan apa yang akan dilakukan. Perencanaan mengandung rangkian-rangkian putusan yang luas dan penjelasan-penjelasan dari tujuan, penetuan kebijakan, penetuan program, penentuan metode-metode dan prosedur tertentu dan penentuan kegiatan berdasarkan jadwal sehari-hari. Lain lagi dengan pendapat Terry perencaaan merupakan penetapan pekerjaan yang harus dilakukan atau dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang digariskan. Banghart dan Trul juga mengemukakan tentang perancanaan ini adalah awal dari semua proses yang rasional dan mengandung sifat optimisme yang didasarkan atas kepercayaan bahwa akan dapat mengatasi berbagai macam permasalahan.[3]
Yang pada hakikatnya semua definisi yang terkait dengan desain atau perencanaan yaitu mencari dan mencapai tujuan.
Reigeluth mengemukakan bahwa rancangan pembelajaran adalah kisi-kisi dari penerapan teori belajar dan pembelajaran untuk memfasilitasi proses belajar seseoran. Selanjutnya rothwell dan kazanas merumuskan bahwa perancangan pembelajaran terkait dengan penigkatan mutu kinerja seseorang dan pengaruhnya bagi organisasi.[4]
Adapun penataan yang diupayakan adalah sebagai berikut:
1.      Apa yang perlu dipelajari siswa.
2.      Prosedur-prosedur dan sarana-sarana apa yang akan paling menjamin tercapainya tujuan-tujuan yang dikendaki.
3.      Bagaiamana (sebagai pengajar) dapat diketahui bahwa tujuan pembelajaran telah dicapai oleh siswa.
Berdasarkan pengertian di atas, maka unsur-unsur rancangan pembelajaran adalah:
1)      Analisis dalam menetapkan tujuan pembelajaran.
2)      Analisis karakteristik pembelajar dan sumber belajar.
3)      Penguatan dan seleksi topik-topik serta isi topik yang relevan untuk dikemukakan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
4)      Pengembangan dan pemberian pra tes, sejauh dianggap perlu untuk memperoleh gambaran tentang latar belakang pengetahuan siswa dan taraf pengetahuannya tentang topik-topik yang akan diajarkan.
5)      Seleksi kegiatan pembelajaran dan seleksi sarana dan alat-alat peraga yang paling efektif untuk pengutaraan materi/topik untuk mencapai tujuan kuliah.
6)      Penghitungan dan kordinasi dana, fasilitas, tenaga, peralatan, waktu, untuk pelaksanaan rancangan.
7)      Evaluasi terhadap perubahan-perubahan dalam pola kelakuan mahasiswa untuk mengetahui seberapa jauh tujuan kuliah tercapai.
8)      Penggunaan hasil evaluasi sebagai umpan balik untuk memperbaiki dan meningkatkan rancangan belajar/mengajar.[5]
C.  JENIS-JENIS PERENCANAAN
Dalam meninjau jenis-jenis perencanaan pendidikan dapat dikaji dari beberapa segi, yaitu :
a.       Menurut besaran atau magnitude maka perencanaan dapat dibagi dalam :
1.    Perencanaan Makro, yakni perencanaan yang mempunyai telaah nasional, yang menetapkan kebijakan-kebijakan yang akan ditempuh, tujuan yang ingin dicapai, dan cara-cara yang dipakai dalam mencapai tujuan tersebut. Perencanaan makro berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut :
a)      Apakah tujuan pendidikan nasional
b)      Pendekatan apakah yang dipergunakan untuk mencapai tujuan tersebut
c)      Lembaga pendidikan apakah yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut
d)     Bagaimana seharusnya organisasi pendidikan diatur sehingga menunjang tercapainya tujuan tersebut
e)      Program-program apakah yang dapat dipakai untuk menunjang program-program tersebut
f)       Apakah kriteria keberhasilan usaha pendidikan itu
2.    Perencanaan meso, kebijakan yang ditetapkan dalam perencanaan makro, kemudian dijabarkan lebih rinci ke dalam program-program dalam dimensi yang lebih kecil. Pada tingkat ini perencanaan sudah lebih bersifat operasional, disesuaikan dengan keadaan daerah, departemen atau unit unit antara lainnya. Pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab dalam tahap ini sama dengan pertanyaan pada tahap makro, Cuma lebih rinci dan kebebasannya dibatasi oleh ketentuan-ketentuan yang ada pada rencana tingkat makro.
3.    Perencanaan mikro, diartikan sebagai perencanaan tingkat institusional, dan merupakan jabaran lebih spesifik dari perencanaan tingkat meso. Dalam tahap ini karakteristik lembaga diperhatikan, namun tidak boleh bertentangan dengan apa yang ditetapkan oleh perencanaan makro maupun perencanaan meso.[6]
b.    Menurut telaahnya, maka perencanaan dapat dibagi menjadi :
1.    Perencanaan strategis, yakni perencanaan yang berkaitan dengan penetapan tujuan, pengalokasian sumber-sumber dalam mencapai tujuan dan kebijakan yang dipakai sebagai pedoman. Perencanaan strategis cendrung dipusatkan pada masalah-masalah yang tidak begitu terstruktur, yang melibatkan banyak variabel, namun parameternya tidak pasti. Perencanaan jenis ini seering juga disebut perencanaan tingkat normatif, sebab keputusan yang dibuat tidak didasarkan para perencana. Biasanya perencanaan strategis dilakukan oleh pimpinan puncak suatu organisasi.
2.    Perencanaan manajerial, yaitu perencanaan yang ditujukan untuk mengarahkan proses pelaksanaan agar tujuan dapat dicapai secara efektif dan efisien. Perencanaan ini sudah lebih rinci dan sudah menggunakan data-data statistik, meskipun dalam beberapa hal masih menggunakan pertimbangan akal sehat.
3.    Perencanaan operasional, memusatkan perhatian pada apa yang dikerjakan pada tingkat pelaksanaan di lapangan dari rencana manajerial. Perencanaan ini bersifat spesifik dan berfungsi memberi petunjuk konkret tentang pelaksanaan suatu proyek atau program, baik tentang aturan, prosedur dan ketentuan-ketentuan lain yang ditetapkan. Perencanaan operasional tidak banyak membutuhkan pertimbangan-pertimbangan individual, sebab sebagian besar didasarkan pada data kuantitatif yang dapat diukur.
c.    Ditinjau dari jangka waktu, maka perencanaan dibedakan dalam :
1.    Perencanaan jangka panjang yaitu yang mencakup kurun waktu 10-25 tahun. Mempunyai parameter yang lebih kabur dan makin panjang jangka waktunya makin banyak variabelnya yang tidak pasti.
2.    Perencanaan jangka menegah yaitu rencana yang mencakup kurun waktu antara 4-10 tahun. Merupakan penjabaran operasional dari rencana jangka panjang.
3.    Rencana jangka pendek yaitu rencana yang mencakup kurun waktu antara 1-3 tahun dan merupakan jabaran dari rencana jangka menengah dan jangka panjang.[7]

D.      Fungsi Desain atau Perencanaan dalam Pembelajaran
Perlunya desain pembelajaran merupakan upaya yang di lakukan untuk memperbaiki pembelajaran dengan dilakukan berbagai asumsi sebagai berikut:
1.      Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran perlu diawali dengan perancanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran.
2.      Untuk merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan sistem.
3.      Perancanaan desain pembelajaran diacukan pada bagaimana seseorang belajar.
4.      Untuk merancanakan suatu desain pembelajaran diacukan pada siswa secara perorangan.
5.      Pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada ketercapain tujuan pembelajaran.
6.      Sasaran akhir dari perancanaan desain pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk belajar
7.      Perancanaan pembelajaran harus melibatkan semua variable pembelajaran.
8.      Inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
E.   Desain-desain Yang Diperlukan Dalam Pembelajaran
1.      Perbaikan Kualitas Pembelajaran
  Perbaikan kualitas pembelajaran harus diawali dengan memperbaiki desain pembelajaran. Dari sini merupakan titik awal untuk mengupayakan perbaikan kualitas pembelajaran, adapun  tahapan yang harus dilakukan dalam perbaikan ini oleh guru atau pengajar adalah dengan mengadakan analisis dari tujuan pembelajaran dan melaksaanakan evaluasi sumatif untuk mengukur ketercapian tujuan pembelajaran.
2.      Pembelajaran Dirancang dengan Pendekatan Sistem
Untuk mencapai kualitas pembelajaran, yang dilakukan harus dengan desai sitem, dengan pendekatan ini akan memberikan peluang besar dengan mengintegrasikan terhadap semua variabel yang mempengaruhi belajar.
3.      Desain Pembelajaran Mengacu pada Bagaimana Seseorang Belajar
Kualitas pembelajaran itu tergantung pada bagaimana pembelajaran itu dirancang dan direncanakan, apakah pembelajaran itu bersifat intuitif atau bersifat ilmiah. Jika bersifat intuitif maka pembelajaran tersebut banyak akan diwarnai dengan kehendak perancangnya, akan tetapi ilmiah maka akan diwarnai berbagai teori dari para ilmuwan pembelajaran.
Adapun pendekatan yang lain yaitu dengan cara mempadukan keduanya yaitu intuitif dengan ilmiah, sehingga rancangan pembelajaran disesuaikan dengan pengalam empiris yang pernah ditemukan saat melaksanakan pembelajaran disertai dengan teori-teori yang relevan.[8]
4.      Desain Pembelajaran Diacukan pada Siswa Perorangan
Seseorang belajar memilki potensi yang perlu dikembangkan. Tindakan atau perilaku belajar dapat ditata atau dipengaruhi, tetapi tidak tindakan dan perilaku belajar itu akan tetapi berjalan dengan karakteristik siswa itu. Siswa yang lambat dalam berpikir, tidak mungkin dapat dipaksa segera bertindak secara cepat. Sebaliknya siswa yang memilki kemampuan berpikir tinggi tidak mungkin dipaksa bertindak dengan lambat. Dalam hal ini jika pembelajaran tidak diacukan pada individu yang belajar seperti ini, maka besar kemungkinan bahwa siswa yang lambat belajar akan makin tertinggal, dan yang cepat berpikir makin maju pembelajarannya.
5.      Desain Pembelajaran Harus diacukan pada Tujuan
Hasil belajar mencakup hasil langsung dan hasil tidak langsung (pengiring). Perencanaan pembelajaran perlu memilah hasil hasil pembelajaran yang langsung dapat diukur setelah selesai pelaksanaan pembelajaran, dan hasil yang dapa  terukur setelah melalui keseluruhan proses pembelajaran, atau hasil penggiring.
6.      Desai Pembelajaran diarahkan pada Kemudahan Belajar
Sebagaimana telah diterangkan diatas bahwa pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa dan perencanaan pembelajaran merupakan penataan upaya tersebut agar muncul perilaku belajar. Dalam kondisis ditata dengan baik, strategi yang dirancanakan akan memberikan peluang dicapainya hasil pembelajaran.
7.      Desai Pembelajaran Melibatkan Variabel Pembelajaran
Desain pembelajaran diupayakan menakup semua varibel pembelajaran yang dirasa turut mempengaruhi belajaran. Ada tiga variabel pembelajaran yang perlu dipetimbangkan dalam merancang pembelajaran. Ketiga variabel tersebut adalah variabel kondisis, metode, dan variabel pembelajaran. Yang termasuk variabel kondisi adalah tujuan pembelajaran, karakteristik bidang studi,  karakteristik siswa, adapun variabel metode adalah mencakup strategi pengirganisasian pembelajaran, strategi penyampian pembelajaran, dan strategi pengelolaan pembelajaran, dan yang ketiga yaitu variabel hasil pembelajaran mencakup semua akibat yang muncul dari penggunaan metode pada kondisi tertentu.
8.      Desai Pembelajaran Penetapan Metode untuk Mencapai Tujuan
Inti dari desian pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Fokus utama pada perancanaan pembelajaran adalah pada pemilihan, penetapan, dan pengembangan variabel metode pembelajaran.
Ada tiga prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam upaya menetapkan metode pembelajaran. Ketiga prinsip itu adalah (1) tidak ada satu metode pembelajaran yang unggul untuk semua tujuan dalam semua kondisi, (2) metode (strategi) pembelajaran yang berbeda memiliki pengaruh yang berbeda dan konsisten pada hasil pembelajaran, dan (3) kondisi pembelajaran bisa memiliki pengaruh yang konsiten pada hasil pengajaran. [9]
F.   Manfaat dan Tujuan Perancanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran memilki peran penting dalam seorang guru untuk melaksanakan sebagai pendidik dalam melayani keperluan belajar siswanya. Perencanaan juga dimaksudkan sebagai langkah awal sebelum proses pembelajaran berlangsung.
Terdapat beberapa manfaat perencanaan pembelajaran dalam proses belajar mengajar yaitu:
1.      Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan.
2.      Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan.
3.      Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun unsur murid.
4.      Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketetapan dan kelambatan kerja.
5.      Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja.
6.      Untuk menghamat waktu, tenaga, alat-alat dan biaya.[10]
Adapun tujuan yang ingin diraih dari perencanaan pembelajaran ini diantaranya adalah:
1.      Waktu mengajar dapat dialokasikan dan dimanfaatkan secara tepat.
2.      Pokok bahasan dapat dibuat seimbang sehingga tidak ada materi pelajaran yang dibahas terlalu menadalam atau terlalu sedikit.
3.      Guru dapat menetapkan berapa banyak materi pelajaran yang dapat atau sebaiknya disajikan dalam setiap jam pelajaran.
4.      Guru dapat menetapkan urutan rangkian materi pelajaran secara tepat.
5.      Guru dapat dengan mudah menetapkan dan mempersiapkan strategi belajar mengajar yang paling cocok dan menarik.
6.      Guru dapat dengan mudah mempersiapkan berbagai keperluan peralatan maupun bahan dalam keperluan belajar.
7.      Guru dapat dengan mudah mengukur keberhasilan siswa dalam belajar.
8.      Guru dapat menjamin bahwa hasil belajarnya akan lebih baik daripada dengan hasil belajar tanpa tujuan yang jelas.[11]

A.  KOMPONEN-KOMPONEN DESAIN PENGAJARAN
Secara garis besar komponen-komponen desain pengajaran itu ada dua, yaitu komponen pokok dan komponen penunjang. Masin-masing komponen (pokok dan penunjang) meliputi hal-hal di bawah ini.
1.    Komponen Pokok
a.       Topik atau pokok bahasan mungkin lebih rinci lagi berupa subtopik atau pokok bahasan.
b.      Entry behavior/ situasi awal atau pengenalan karakteristik/ kemampuan bawaan peserta didik (ada yang mengatakan termasuk guru dan kondisi/ situasi sekolah) istilah lainnya adalah analisis situasi. Komponen ini merupakan pijakan untuk menentukan kegiatan pengajaran/ belajar.
c.       Tujuan pengajaran, baik tujuan umum pengajaran (TUP) yang diambil dari GBPP setiap mata pelajaran. Maupun tujuan khusus pengajaran (TKP) yang dirumuskannya sendiri oleh guru dalam rangka menjabarkan TUP.
d.      Perumusan alat evaluasi/ penilaian yang menyangkut prosedur, pre test dan post test, jenis evaluasi, tulis dan lisan dan bentuk evaluasi, objektif atau essay, tes tindakan, sikap atau kemampuan kognitif.
e.       Penentuan materi/isi pengajaran yang diharapkan untuk dikuasai peserta didik dan untuk mencapai rumusan tujuan pengajaran yang telah ditentukan.
f.       Merancangkan bentuk kegiatan pengajaran, apa yang harus diperbuat oleh peserta didik dan kapan mereka harus terlibat aktif dalam pengajaran. Kemudian, apa pula yang harus diperankan guru, kapan guru tidak harus terlibat aktif dalam kegiatan pengajaran. Seyogyanya dalam kegiatan pengajaran guru tidak banyak mendominasi kegiatan pengajaran, sehingga memungkinkan peserta didik untuk terlibat aktif di dalamnya.
g.      Sumber pengajaran/belajar (ada yang mengatakan bahan/ referensi, ini pengertiannya lebih sempit). Sumber pengajaran/belajar (instruction/learning resources) adalah segala apa yang ada di luar individu dan memungkinkan mempermudah  serta mendukung terjadinya events atau proses pengajaran belajar.
h.      Subjek ajar, maksudnya adalah pelaku atau pelaksana kegiatan pengajaran itu sendiri, yaitu guru dan peserta didik.
i.        Metode pengajaran.

2.    Komponen Penunjang
Yaitu komponen-komponen pengajaran yang keberadaanya dapat membantu kelancaran, mempermudah pelaksanaan pengajaran seperti pengaturan jadwal/ waktu pertemuan, tempat pengajaran, alat ataupun fasilitas-fasilitas pengajaran yang akan menambah kelengkapan/kesempurnaan kegiatan pengajaran juga prosedur atau pengaturan proses kegiatan yang baik dan sebagainya.[12]






B.   Penutup
Berbagai ilmuawan berbagai macam pula mendefinisikan arti  desain atau perencanaan dalam pembelajaran, dari semua difenisi itu melingkupi bahwa perencanaan ini adalah bertujuan untuk sebuah pencapian yang direncanakan oleh guru unuk peserta didiknya, agar efektif dan efisien yang membantu dalam mencapai hasil akhir dalam pembelajaran.
Beberapa carapun dilakukan agar perencanaan ini berjalan mulus dan lancar dengan melihat fungsi yang dimiliki perancanaan ini dan harus memperhatikan desain atau perencanaan apa saja yang diperlukan dalam pembelajaran, sehingga dalam pembelajaran bisa maksimal baik itu dari faktor metodenya ataupun dari indivudualnya.
Dalam desain juga banyak manfaat yang didapat dalam pemakiannya, disamping mempermudah guru baik dari segi waktu ataupun tenaga dalam pembelajaran, dari sisi lain bahwa siswapun dapat terarah dalam tujuan pencapian pembelajaran, jadi sangat pentingnya pendesainan atau perencanaan dalam pembelajaran.



Daftar Pustaka

Majid, Abdul, Perencanaan Pembelajaran, Bandung. PT Remaja Rosdakarya, 2007.
Rohani,  Ahmad, Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta. PT Rineka Cipta, 1991.
Uno, Hamzah B,  Perencanaan Pembelajaran, Jakarta. Sinar Grafika Offset, 2006.
Uno, Hamzah B, Lamatenggo, Nina dan Koni, Satria, Desain Pembelajaran, Bandung.  MQS Publishing, 2010.
Yasin, Fahri, M dan Tola, Baso, Strategi Belajar dan Pembelajaran, Gorontalo. Sultan Amai Press, 2008.




  






[1]Ahmad Rohani, Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991), h 62.
[2]Hamzah B. Uno, Nina Lamatenggo dan Satria Koni, Desain Pembelajaran, (Bandung: MQS Publishing, 2010), h. 2.
[3]Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), h 15-16.
[4]M. Fahri Yasin dan Baso Tola, Strategi Belajar dan Pembelajaran, (Gorontalo: Sultan Amai Press, 2008), h. 10-11.
[5]M. Fahri Yasin, 11-12.
[6] Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 2005), cet ke-2, hlm 20-21.
[7] Harjanto, Perencanaan Pengajaran, hlm 21-22.
[8]Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2006), h 3-4.
[9]Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran,h 5-6.
[10]Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, h 22.
[11] Hamzah B. Uno, Nina Lamatenggo dan Satria Koni, Desain Pembelajaran, h 65.
[12] Ahmad Rohani, Pengelolaan Pembelajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 2004), Cet ke-2, hlm 91-92.

No comments:

Post a Comment